Sebuah kisah nyata perjalanan spiritual manusia.
Ketika negaramu sedang dipenuhi
warna warni politik, ketika negaramu hampir terbagi dua karena satu pihak membela
idola politiknya masing-masing, ketika pihak lain menghina lawan main politiknya,
ketika teman-temanmu yang berbeda pilihan mahir menjadi pengamat politik
dadakan, ketika siapapun bebas mengutarakan pendapat hak politiknya, ketika
media massa menjadi pengamat ekonomi praktis melalui logika analitisnya, dan
peran media sosial pun berubah menjadi ahli pengamat iptekpoleksosbudhankam
dadakan, saat itu ada kecenderungan kenaikan harga-harga, bencana alampun
timbul bersahutan maka berpergian kemanapun bukan suatu pilihan yang baik
karena harus merogoh kocek yang lebih dalam, disamping itu kita harus memikirkan
lebih bijak lagi dalam penggunaan uang, memperkirakan masa depan dan segala
kemungkinan terburuk yang akan timbul dari sebuah gejolak. Tapi akan menjadi
berbeda jika perjalananmu bukan perjalanan biasa yang hanya menghilangkan
dahaga kepuasan jasmani, perjalananmu akan lebih berharga jika yang dipilih
adalah perjalanan yang juga melibatkan rohani, perjalananmu akan terasa
istimewa jika mencakup duniawi dan ukhrowi. Ya itulah UMROH sebuah ibadah
kecil, sebuah perjalanan kecil yang mencakup aspek jasmani-rohani, juga
duniawai-ukhrowi.
Mungkin cerita ini kurang menarik
bagi sebagian besar orang, ya memang, karena di dalam cerita ini terlalu banyak
aspek pengalaman pribadi sehingga akan timbul banyak subjektifitas dari sudut
pandang penulis. Tapi biar bagaimanapun tulisan ini merupakan sebuah cerita
singkat yang diperuntukkan konsumsi pribadi mengenai perjalanan seseorang di
dalam sebuah sekelompok manusia yang menjalankan sebuah perjalanan spiritual,
yang memiliki banyak hikmah yang WAJIB diambil dari kejadian tersebut.
Sebuah perjalanan yang akan menjadi rutinitas bagi yang kaya, sebuah perjalanan
yang akan menjadi kesempatan berharga bagi si miskin dan tetapi akan menjadi
sebuah perjalanan yang memberikan inspirasi dan kemantapan iman bagi siapapun mereka
tak peduli kaya maupun miskin. Karena disini sesuatu yang biasa bisa menjadi
hal yang luar biasa, dan yang luar biasa bisa saja menjadi hal yang biasa. Ya
itulah UMROH sebuah ibadah kecil, sebuah perjalanan kecil yang mencakup aspek
jasmani-rohani, juga duniawai-ukhrowi.
Namun tak lengkap rasanya jika
sebuah kisah ditulis tanpa adanya nama dan pelaku dari setiap peran. Sehingga
penulis memohon ampun kepada Allah dan meminta maaf kepada pihak-pihak yang
terkait jika ada kesalahan, kekurangan, keburukan dan kejelekan lainnya yang
tertulis tanpa maksud disengaja untuk membuka aib, namun agar dijadikan pelajaran
dimana didalam setiap kejadian ada hal-hal yang sudah merupakan takdir Nya, ada
hal-hal yang bersifat kewajaran (Sunnatullah) yang juga sudah digariskan oleh Nya
dan sebagian lagi disebabkan oleh keputusan yang kita ambil yang juga tentunya merupakan
bagian dari izin Nya. Sebagai contoh yang mudah ketika kita tahu bahwa rezeki
itu sudah diatur oleh Nya sebagai bagian dari takdir Nya, namun kita tetap
memerlukan upaya untuk meraihnya dan hanya ada sedikit saja orang yang berdiam
diri mendapatkan makanan dan uang sebagai rezekinya. Sebuah hal yang wajar jika
kita tidak makan maka kita akan lapar, tetapi akan tidak wajar jika ketika kita
lapar dan didepan kita disediakan sepiring makanan untuk kita makan, namun kita
tidak meraihnya sehingga tetap lapar lalu mengeluh bahwa lapar ini merupakan
takdir Nya. Lain halnya pula jika makanan tersebut bukan hak kita namun kita
tidak berusaha untuk memintanya, ataupun membelinya sehingga sampai kapanpun
kita akan lapar. Lain hal nya lagi jika yang kita makan adalah sepiring batu,
sepiring tanah ataupun sepiring cabai pedas maka kita tahu Sunnatullah apa yang
akan terjadi selanjutnya. Tentunya banyak guru yang mengajarkan kita mengenai
takdir Allah tersebut, baik yang termasuk sudah menjadi kewajaran (Sunnatullah)
ataupun hal lainnya yang kita ambil dan putuskan (tentunya dengan izin Allah
pula, biidznillah). Penulispun tidak akan banyak berteori tentang hal itu dalam
kisah perjalanan ini. Dalam sebuah perjalanan spiritual penuh pembelajaran
mengenai takdir Nya, Sunnatullah nya dan hal lain dengan izin Nya. Dan di dalam
perjalanan ini banyak pelajaran yang bisa didapat. Ya itulah UMROH sebuah ibadah kecil, sebuah
perjalanan kecil yang mencakup aspek jasmani-rohani, juga duniawai-ukhrowi.
Kenapa umroh mencakup aspek
jasmani-rohani? Karena umroh memerlukan fisik yang kuat dan sehat yang bukan
hanya cukup dengan niat dan tekad ataupun ambisi untuk menuntaskan cita-cita “nih
saya sudah pernah umroh” bukan itu… umroh bukan hanya sekedar rutinitas urutan
5 kegiatan mulai dari
(a).niat, berihrom dimiqot
(b).thawaf, 7 kali mengelilingi ka’bah
(c).sa’i, perjalanan 7 kali ke bukit shafa dan
marwah
(d).tahallul, memotong rambut sedikitnya 3 helai
(e).tertib
Bukan hanya soal itu, karena
kalau hanya sekedar kegiatan tersebut maka 2-3 jam sudah cukup untuk
menuntaskannya. Tapi aspek lain yang harus diperhatikan adalah aspek rohani
yang mencakup kemantapan niat, hati, pikiran, jiwa yang baik, bersih, ikhlas,
sabar atas segala yang terjadi mulai dari sejak awal kita berniat umroh sejak
dari pendaftaran umroh hingga kepulangan ke tanah air, disana akan kau temukan
banyak orang yang tidak sehat tapi mampu menuntaskan rangkaian kegiatan umroh,
banyak yang tidak bisa melihat dan tidak bisa berjalan tapi sanggup
melaksanakan rangkaian ibadah. Namun sebaliknya yang sehat bisa mendadak tidak
bisa berjalan, yang bisa melihat tetapi mendadak tidak diizinkan untuk
menyempurnakan ibadah, yang sudah berkali-kali umroh tetapi lupa jalan pulang
bahkan tersesat tak tau arah.
Lalu kenapa umroh juga mencakup
aspek duniawai-ukhrowi? Karena umroh bukan sekedar ibadah yang sifatnya
rutinitas yang bisa dicapai sekejap mata. Karena umroh memerlukan materi dunia
seperti uang sebagai bekal perjalanan, umroh juga memerlukan prosedur
pemerintahan dan ketatanegaraan seperti KTP Passport, Visa, imigrasi, dan juga
memerlukan sarana transportasi dan akomodasi lainnya. Memang ada sebagian kecil
yang hanya perlu membawa ‘diri’ saja melalui undangan khusus dari kerajaan
Saudi, tetapi apakah kita termasuk dalam kriteria tersebut??? Lalu umroh pun
bukan sekedar pergi dan pulang kembali, banyak yang sudah bekali-kali umroh
hanya agar dipandang hebat, banyak yang sudah ke baitullah tetapi hanya merasa
biasa saja, banyak yang meminta berdoa agar hidup lebih baik tetapi tidak
merubah dirinya menjadi lebih baik. Banyak yang bercerita umroh tetapi tidak
ada tambahan kerinduan dan kecintaan yang mendalam terhadap agama islam, terhadap
Allah dan Rasul Nya. Hanya sekedar untuk gengsi, update status, gaya-gayaan dan
tidak mendalami makna yang terkandung dalam niat “LABBAIK ALLAHUMMA ‘UMROTAN”…
semoga kita semua terhindar dari segala sifat buruk tersebut sehingga cerita
yang ada dapat dijadikan pengalaman, pelajaran, motivasi dan hal positif
lainnya ataupun “SEBAGAI RASA SYUKUR YANG BUKAN SEBUAH KEBANGGAAN YANG BERBUAH
KESOMBONGAN” amiin ya robbal alamin.
Bermula dari sebuah niat yang
direalisasikan oleh ayah saya, untuk memberangkatkan umroh sekeluarga sebelum
waktu pensiun tiba yang kurang dari 2 tahun lagi. Pada bulan November 2014 ayah
saya mendaftarkan umroh sekeluarga di sebuah travel bernama ILF* TRAVEL milik Pak
Budi-Mas Ihsan, dimana Pak Budi saat ini juga bekerja di perusahaan swasta
bersama ayah saya. Rencana keberangkatan umroh 9 hari terhitung dari tanggal 24
Des 2014 s.d. 3 Jan 2015 transit melalui Bangkok (Thailand), artinya kita akan
mengalami hingar bingar libur natal dan tahun baru di sebuah kota suci dengan
penuh kekhusyuan ibadah. Dengan mottonya ‘teman
perjalanan anda menuju ke makkah’ ILF* TRAVEL menawarkan pilihan
spesial akhir tahun dengan harga < US$ 1.700 (cukup fantastis murahnya
dibanding travel lain). Setelah tak ragu mendaftar kamipun mempersiapkan
hal-hal yang diperlukan untuk keberangkatan seperti suntik meningitis (syarat
wajib minimal 14 hari sebelum keberangkatan), peralatan, perlengkapan lain,
serta mengikuti manasik umroh yang diselenggarakan 2 kali oleh travel pada
bulan desember (di Ciputat dan Asrama Haji Pondok Gede), beberapa hari sebelum
keberangkatan.
Dari pertemuan tersebut ada
sekitar 70an orang yang dibagi menjadi beberapa grup sesuai tanggal
keberangkatan penerbangan yaitu tgl 24 Desember, tgl 30 Desember dan 3 Januari.
Menjelang hari-H kami diinformasikan bahwa belum ada kepastian pemberangkatan
tgl 25 Desember dan direncanakan untuk diubah menjadi tgl 30 Desember sehingga
bergabung dengan kelompok terbang lainnya dan diharapkan masih bisa mengisi
malam tahun baru di Baitullah. Akhirnya kami pun menunggu kembali hingga
tanggal yang ditentukan sambil mempersiapkan perlengapan lainnya yang diberikan
oleh travel seperti ihrom, buku doa, seragam, tas kecil, tas jinjing dan tas
koper.
Namun apa yang terjadi ternyata
tgl 30 Desember pun ditunda karena alasan visa belum muncul, kamipun harus
bersabar karena ini sudah merupakan ujian dalam rangkaian perjalanan umroh. Tgl
31 Desember pun kami diberikan kabar bahwa visa sudah didapat dan baru muncul,
artinya harapan kembali muncul dan kami pun optimis untuk keberangkatan. Sesekali
saya iseng googling untuk mencari info keterlambatan, beberapa kawan yang
ditravel lain pun saya coba kontek dan tanya tentang hal ini, bahkan ada guru
yang sudah mendarat di kota suci pun saya tanyakan tentang kendala dalam keberangkatan
umroh.
Malam tahun barupun kami lewati
di tanah air dengan penuh harap dan cemas akan keberangkaratan umroh kami.
Hingga tanggal 1 Januari pun belum ada kabar mengenai maskapai penerbangan
kami. Beberapa televisi dan surat kabar juga kebetulan menginformasikan
beberapa jama’ah umroh yang terlantar, kami pun harus realistis dan pasrah pada
Nya. Tgl 2 Januari pun kosong dan hampa tanpa kegiatan berarti.
Pada Sabtu dini hari 3 Januari
2015 beberapa jama’ah berkoordinasi dan berkumpul untuk mendatangi kantor
travel untuk meminta kejelasan karena sudah mengarah ke sebuah penipuan. Dengan
sedikit desakan akhirnya pihak travel meyakinkan kami untuk bisa berangkat hari
ini. Entah senang ataupun kecewa akhirnya kami serombongan saling memberikan
informasi untuk berkumpul pagi ini di bandara. Dari sekian banyak orang yang
berniat umroh sekitar 70an orang hanya tersisa 38 orang yang berkumpul, mungkin
inilah benar-benar tamu Allah yang diizinkan dan berhasil melewati tahapan
ujian pertama tentang pemberangkatan, mereka yaitu:
- Mas Ihsan (Direktur dan perwakilan ILF* TRAVEL),
- Ust Daniel Barkah (Pembimbing Jama’ah Umroh),
- Mas Ari, Mba Rani (istri) dan kedua orangtuanya
(Pa Djoko Widodo & Istri) semula daftar 12 orang,
- Pa H.Heri beserta istri dan kedua orangtuanya,
- Pa H.Romli beserta istri dan kedua orangtuanya,
- Pa Agung beserta istri (Ibu Wiwik) dan 2 anaknya
(Mba Resta, Mas Almer)+ Pa Doyo (supir pribadi)
- Pa Hadhy beserta istri (Ibu Susmawati) dan 3
anaknya (Mas Fajar, Mba Afifah, Mas Naufal)
- Ibu Dwi dan Ibu Meita (rekanan 1 kantor)
- Mba Sri dan ibunya (Ibu Dasiah) domisili
Kalimantan asal jawa
- Pa Sahono (kakek berusia 80 Tahun asal klaten)
- Pa Ah Makin dan Istri (Ibu Sri)
- Mba Ria dan Wulan
- Mba Rima (asal kudus)
- Mba Adelia Tambunan
- Mba Diah
- Ibu Har
- Ibu Buniah
Akhirnya pada hari sabtu ini kami
berkumpul di Bandara Soekarno Hatta untuk menanti keberangkatan. Tapi apa info
yang didapat, ternyata rombongan kami tidak bisa berangkat (info terakhir dari Pa
Budi selaku pemilik travel, keterlambatan disebabkan karena rombongan kami
belum memiliki tiket kepulangan dari Jeddah ke Jakarta). Sedangkan Mas Ihsan sebagai
perwakilan travel yang ikut jama’ah umroh tidak bisa banyak memberikan
penjelasan kepada kami. Alhasil hari ini kami gagal berangkat ke tanah suci.
Beberapa keluarga jama’ah yang mengantar ke bandara mulai geram dan naik pitam,
ada yang siap menyeret pihak travel ke meja hijau, ataupun ke pihak berwajib
atau kalau perlu adu jotos karena hal ini sudah dianggap sebagai kasus penipuan.
Apalagi jama’ah sudah terbayang rasa malu ketika harus kembali ke rumah, belum
lagi mendengar omongan tetangga, omongan teman sekolah, teman kuliah, teman
kantor dan sahabat lainnya yang mencibir karena gagal berangkat, tapi disitulah
kita diuji.
Meskipun begitu entah kenapa saya
merasa tak aneh, mungkin karena saat ini belum bekerja, atau mungkin karena tak
merasa kehilangan uang ribuan dollar karena ayah saya yang bayar, atau mungkin
karena masih ada keyakinan untuk berangkat kesana. Sore inipun jama’ah
ditenangkan dengan diinapkan di hotel sekitar bandara dengan harapan jika tiket
sudah done maka bisa langsung meluncur ke bandara dengan cepat. Alhasil untuk
pertama kali dalam hidup saya, saya bermalam di hotel sekitar bandara,
Alhamdulillah sebelum magrib kami sudah bisa check in dan istirahat hari yang
cukup lelah setelah menanti seharian di bandara.
Sebenarnya lelah badan ini tetapi
mata dan pikiran tidak bisa istirahat karena masih menunggu kabar
keberangkatan, hanya saja tubuh ini butuh istirahat, harus istirahat. Sabtu
yang cukup melelahkan…
Baru beberapa jam merebahkan
tubuh, ada panggilan mendadak pada seluruh jama’ah, pukul 02.00 dini hari, hari
ahad ini, jamaah wajib kumpul untuk check-in keberangkatan jam 04.00 shubuh.
Alhasil tubuh ini pun harus bergerak lagi…
Perjalanan Umroh Hari Pertama (Ahad, 04 Januari 2015) :
Hari yang dinanti pun tiba,
antara capek namun senang bercampur rasanya, meskipun pagi ini masih buta tapi
kabar keberangkatan akan tiba, pukul 04.00 shubuh, kamipun seperti menghirup
aroma umroh di bandara soekarno hatta. Semua koper dimasukkan ke bagian bagasi,
tas jinjing kami bawa, jaket kami pakai untuk menahan hawa dingin pagi hari. Beberapa
jama’ah dari travel lain juga terlihat menunggu di bandara, mungkin jumlah
puluhan bahkan ratusan dengan atribut yang berbeda-beda. Tak terasa sudah masuk
waktu shubuh kami pun sholat shubuh…
Lohh kalau sudah sholat shubuh berarti
sudah jam 4 lewat, artinya bagaimana dengan pesawat kami??? Segera setelah sholat
lagi-lagi sebagian besar jama’ah komplain ke Mas Ihsan sebagai perwakilan
travel kami yang juga ikut sebagai jamah’ah dan meminta penjelasan. Sekarang
kami semua sudah kehabisan akal karena tak jelas, semuanya sudah pasrah. Kami
lihat ternyata koper-koper besar kami hanya dikumpulkan di sudut bandara bukan
ke conveyor bagasi. Lagi…gelombang panik dimulai, jama’ah mengancam dan bahasa
kasar keluar dari beberapa mulut keluarga yang mengantar jama’ah. Saya pribadi
diam saja karena sudah banyak jama’ah (termasuk ayah saya) yang mulai
mengeluarkan jiwa ‘pahlawan kesiangan’nya, mulai membandingkan pengalaman
berpergian keliling dunia dengan bangganya dan lancar, mulai pamer pengalaman kemudahan
dengan travel lain, mulai pamer kekuasaan untuk memanggil pengacara, pihak
berwajib, meja hijau, atau kekuatan ototnya, tak luput juga jama’ah wanita ikut
komplain, ada yang berbicara kasar ke pihak travel, tidak tanggung-tanggung
meskipun berhijab. Memang tidak ada jaminan orang berhijab dengan akidah dan
akhlak baik, tetapi orang berakhlak baik insyaallah beliau berhijab… usut punya
usut katanya (lagi-lagi) tiket belum bisa di issued karena belum ada jaminan
tiket pulang. Artinya jama’ah kami hanya punya tiket untuk pergi ke Arab Saudi tanpa
punya tiket untuk kepulangan dari Arab Saudi ke Jakarta. Aturan aneh memang,
tetapi hanya orang aneh yang berkata ini aneh, karena seharusnya pihak travel
sudah mempersiapkan jauh-jauh hari mengenai tiket pulang-pergi+akomodasi
disana. Apalagi semua jama’ah membayar biaya perjalanan umroh dengan full tanpa
tapi. Setelah digali kembali, ternyata pihak ILF* TRAVEL yang memiliki jama’ah
38 orang berinduk kepada travel support service bernama LASAN** yang memiliki
ratusan jama’ah yang juga harus diberangkatkan hari ini. Usut punya usut juga
ada sekitar 20 orang rombongan ustadz dari Kota Bekasi yang sudah mengancam dan
anarkis kepada pihak LASAN** (tentunya karena keterlambatan tidak jelas) yang
harus ‘diprioritaskan’ untuk berangkat terlebih dahulu dan berita ini sudah
masuk ke media elektronik. Akhirnya kamipun ‘dikorbankan’ untuk dinomorduakan, tetapi
biar bagaimanapun, alasan apapun tidak dibenarkan apalagi hal ini berkaitan
dengan ibadah. Dan jama’ah pun hanya berurusan dengan pihak ILF* TRAVEL. Adapun
urusan ILF* TRAVEL dengan LASAN** bukanlah urusan jama’ah. TITIK.
Hampir pukul 09.00 artinya sudah
beberapa jam nasib kami tak jelas di Bandara Soekarno Hatta. Ada sedikit
perkembangan, katanya jama’ah akan diberangkatkan menuju Arab Saudi (Jeddah)
dan transit melalui Malaysia (Kuala Lumpur). Apapun itu yang penting berangkat.
Tiket sedang disiapkan, JakartaàMalaysia,
MalaysiaàArab
Saudi. Begitu pun tiket kepulangan dari Arab SaudiàMalaysia, tinggal
menunggu confirm kepulangan MalaysiaàJakarta. Seperti alasan klasik lagi, setelah di cek dengan
bantuan beberapa pihak katanya (lagi lagi) memang dibenarkan tinggal menunggu
confirm tiket terakhir. Rupanya pihak ILF* TRAVEL sedang menunggu keputusan
LASAN** untuk pembelian tiket kepulangan dari MalaysiaàJakarta, merasa kehabisan
waktu dan pilihan, maka tak ada jalan lain kecuali jama’ah dikumpulkan untuk
berunding.
Rencananya pukul 12.15 siang ini
kami diberangkatkan menuju Malaysia. Alhamdulillah memang benar dan yang
tercetak dalam tiket memang seperti itu. Tapi lagi-lagi ke masalah tiket kepulangan,
pihak bandara katanya tidak memperbolehkan kami check-in jika tidak ada
ketuntasan hingga tiket kepulangan. Artinya hanya ada dua kemungkinan terkait
dengan waktu keberangkatan yang tinggal beberapa jam lagi, yaitu menunggu tiket
pulang dari pihak travel sampai waktu yang tak jelas sehingga tiket berangkat
hangus atau inisiatif jama’ah untuk membeli tiket kepulangan masing-masing.
Karena tak ada waktu banyak, akhirnya salah seorang jama’ah bernama Pak Hadhy
berinisiatif untuk mengcover biaya tiket kepulangan dan membeli sejumlah 38
tiket untuk jama’ah, tentunya jumlah yang tidak kecil mengingat harga tiket
yang cenderung naik saat ini, disisi lain hal tersebut cukup aneh jika seorang
jama’ah yang sudah membayar penuh ke travel tetapi harus merogoh kocek lagi
untuk membeli tiket, apalagi untuk mengcover seluruh jama’ah. Namun hal
tersebut mungkin adalah pilihan yang paling tepat untuk saat ini.
Akhirnya pukul 12.15 kami
berangkat menujju negeri jiran Malaysia. Sedikit cerita rupanya ILF* TRAVEL
merupakan travel baru yang juga baru perdana memberangkatkan jama’ah ke tanah
suci, pengalaman terbang dan menangani case di lapangan pun tergolong sedikit.
Sebelumnya memang para pengurus ILF* TRAVEL tergabung dan bekerja di LASAN**
namun hal itu tentu belum lah cukup dan sangat jauh berbeda.
Hampir menjelang sore kami sampai
di negeri jiran dan W.O.W ternyata kita belum bisa langsung diberangkatkan ke
Arab Saudi karena tiket belum ada, sungguh aneh dan ironis padahal katanya
hanya ada kendala di tiket kepulangan. Menjelang maghrib kami masih menunggu di
bandara, bedanya sekarang kami berada di negeri orang, tak ada yang bisa
dikomplain dan tak ada yang bisa dikompromikan. ILF* TRAVEL berinisiatif untuk
melakukan city tour terlebih dahulu di malam hari ini untuk menutupi kekosongan
waktu (yang lebih tepatnya ketidakjelasan rencana). Ternyata ada yang komplain,
wanita yang komplain di Bandara Soekarno Hatta Jakarta sekarang juga komplain
dan bersikukuh untuk tidak ikut city tour di malam hari dan lebih memilih istirahat
di hotel. Alasannya bagus karena harus istirahat dan capek karena sudah seharian,
tetapi mungkin cara penyampaian maksud dan komplainnya yang harus diperbaiki,
tanpa harus berbicara lantang di hadapan seluruh jama’ah dan menuding ini-itu-begini-begitu.
Apalagi anda kan berhijab (lagi-lagi saya dapat pelajaran nyata bahwa memang
hijab tidak berbanding lurus dengan akhlak yang baik ataupun etika, tetapi sebaliknya
dengan akhlak yang baik insyaallah kita mampu berhijab dengan baik). Akhirnya
kamipun harus mengalah untuk mengantarkan mereka terlebih dahulu ke hotel,
sebagian orang tua dan ibu-ibu pun ikut istirahat sedangkan sisanya yang lain
melakukan city tour seadanya seperti ke Menara Kembar Petronas dan Masjid
Jamie’ di daerah Putra Jaya, Malaysia. Meskipun saya tahu badan lelah tapi saya
tak tahu kapan lagi bisa menikmati perjalanan seperti ini lagi, mungkin ini
cara Allah menguji rombongan kami, yang nagkunya dan katanya grup kami terdiri
dari orang–orang hebat yang berlagak seperti pahlawan. Tiada lain dan tiada
bukan hanya sabar dan sholat yang bisa membimbing kami.
Tengah malam pun kami kembali ke
hotel dan segera makan malam lalu istirahat, menanti kejutan lain lagi yang
akan terjadi esok hari di negeri jiran ini.
Perjalanan Umroh Hari Kedua (Senin, 05 Januari 2015) :
Seperti biasa layaknya di pagi
hari kami bangun pagi, sarapan dan saling diskusi dengan jama’ah lain, tak lain
dan tak bukan membahas mengenai keberangkatan kami, semuanya hanya
berspekulasi. Tak tahu pasti apa yang akan terjadi. Kabar baiknya (yang lagi masih
katanya), sore ini kita akan terbang ke Arab Saudi. Satu hal yang harus
dipahami ternyata Mas Ihsan sebagai pihak travel yang ikut serta dalam
perjalanan ini masih bertanggung jawab dalam mengurusi keseharian kami, masih
sanggup menjamu kami dengan makanan lengkap serta menyediakan penginapan yang
pantas untuk kami istirahat. Kami pun mulai yakin dan optimis bahwa kita bisa
kalau kita bersama. Kita mulai sadar bahwa ILF* TRAVEL hanya nebeng ke LASAN** sebagai penyelenggara,
hanya sebatas mencari dan mengumpulkan peserta. Akhirnya kita bertekad untuk
sama-sama berjuang sampai tiba di tanah suci dan kembali ke tanah air. Ada
beberapa opsi yang muncul memang, seperti jama’ah akan dibagi menjadi beberapa
kelompok keberangkatan, tetapi lebih banyak dari kami yang tidak yakin dan
takut akan opsi ini. Padahal ternyata inti kesulitannya adalah masalah
keterbatasan tiket dengan kapasitas 38 orang dalam waktu yang bersamaan. Akhirnya
kami dapat info lagi jam 16.00 kita akan take off menuju arab Saudi.
Alhamdulillah.
Pukul 12.00 kami sampai di
Bandara Kuala Lumpur Malaysia, untuk persiapan keberangkatan. Dan W.O.W
ternyata ada 3 jama’ah wanita yang berkeinginan untuk membatalkan perjalanan
umroh ini, rupanya wanita tersebut adalah orang-orang yang komplain ketika di
Bandara Soekarno Hatta, mereka juga yang menolak untuk ikut city tour dan
mereka juga yang berhijab lebar dan seingat saya salah satunya adalah yang
terus menerus membaca alquran di pesawat dan duduk di samping saya. Entah apa
pikiran mereka tetapi kita harus positif thinking bahwa mungkin mereka belum
siap, atau mungkin mereka punya uang lebih banyak dari kami untuk ikut dengan
travel lain, atau mungkin mereka lebih banyak waktu luang di hari lain. Tapi
yang pasti semua itu dengan izin Allah, bisa saja Allah mentakdirkan untuk
tidak memenuhi panggilan Nya saat ini, apapun itu, itu adalah keputusan mereka
dan pilihan mereka. Kamipun harus menjaga emosi, egoisme dan hal buruk lain
saat kita sudah mentekadkan untuk melakukan ibadah umroh. Kamipun meminta agar
saling mendoakan dan mengajak untuk saling memaafkan. Biar bagaimanapun ujian
ini merupakan kehendak-Nya. Setelah itu mulailah bertebaran gossip dan isu-isu
tentang mereka….sstttt.
Rencana berubah dengan sekejap,
entah apa dan bagaimana caranya kami mendapat tiket keberangkatan pukul 14.30
bukan 16.00, lalu kamipun segera bergegas. Ketika itu 1 dari 3 orang yang
berniat cancel umroh mengurungkan kembali niatnya. Alhasil beliau ikut kembali
dalam rombongan dan patut diapresiasi. Dari semula jumlah kami 38 orang
sekarang fix menjadi 36 orang, semuanya bergegas dan fokus pada pemberangkatan
pesawat karena kami tak mau lagi ada penundaan. Akhirnya kami pun naik pesawat
menuju Jeddah (Arab Saudi) Alhamdulillah 8 jam perjalanan terasa sangat nikmat.
Lelah pun terbayar sudah.
Sekitar pukul 18.00 waktu
setempat (berbeda 4 jam dengan tanah air, 22.00) kami tiba di Bandara King
Abdul Aziz (Jeddah, Arab Saudi), kami istirahat sejenak dan bersiap menunggu
arahan selanjutnya. Hanya sedikit kendala disana, paling-paling pegawai bandara
yang suka iseng menanyakan passport kami ataupun meminta uang receh. Selanjutnya
kamipun diinstruksikan untuk berihrom karena akan melakukan umroh pertama dan
langsung menuju makkah (harusnya kami niat dan berihrom di tempat miqot yang
ditentukan, yaitu bi’run ali atau yang lebih dikenal dengan bir’ali, yaitu
ketika pesawat melintasi tempat yang dimaksud). Hari sudah memasuki tengah
malam sudah dan kamipun harus bergegas. Kemudian kami melanjutan perjalanan
dengan bis menuju makkah.
Perjalanan Umroh Hari Ketiga (Selasa, 06 Januari 2015) :
Tengah malam kami sampai di kota
suci Makkah Al Mukarromah, kami merapihkan barang dan sedikit istirahat karena
sekitar pukul 02.00 dini hari kami akan melaksanakan umroh pertama, tentunya
segala larangan umroh sudah berlaku sejak kami berniat dan berihrom tadi
diantaranya yaitu wa la rofatsa wa la
fusuqo wa la jidala.
Pukul 02.00 dini hari kami keluar
hotel dan udara dingin mulai menusuk perlahan. Menurut informasi gadget
berkisar 20’C – 25’C, cukup dingin tentunya. Kami berjalan menuju masjidil
haram bersama rombongan. Tak jauh juga dari jam besar (grand zam-zam) dan cukup
dengan berjalan kaki sekitar 500 meter. Rombongan kami terpecah menjadi
beberapa bagian karena sang ustadz Daniel selaku pembimbing dan Mas Ihsan selaku
perwakilan travel harus menunggu sampai seluruh jama’ah komplit dan siap untuk
melakukan umroh, kebetulan juga di dalam rombongan umroh kami ada seorang bapak
yang memerlukan bantuan karena sudah memakai kursi roda sejak keberangkatan
dari Jakarta dan Alhamdulillah kami terharu beliau ikut dalam perjalanan suci
ini. Ayah saya pun membentuk rombongan tersendiri bersama keluarga dan beberapa
orang lainnya tanpa ustadz pembimbing. Mudah-mudahan tidak ada kesalahan yang
dilakukan sehingga umroh pertama kami diterima dan mabrur. Alhamdulillah
bertepatan dengan adzan shubuh pertama sekitar pukul 04.30 kami pun sudah
selesai melaksanakan umroh pertama kami. Tiada hentinya dalam setiap kesempatan
kami panjatkan doa untukku pribadi, orangtuaku, keluargaku, saudara saudariku,
tetanggaku, guru-guruku, teman-teman sekolahku, teman-teman kuliahku,
teman-teman kerjaku, teman-teman lainku
wabilkhusus beberapa nama yang juga sudah menitip pesan padaku
sebelumnya, aku berdoa agar:
-Pendidikan
sekolah/ kuliah yang sedang dijalani agar dapat dipermudah, diperlancar
dan diizinkan agar bisa melanjutkan ke
jenjang berikutnya dan bermanfaat, lebih baik, lebih berkah, dapat dibanggakan.
- Pekerjaan yang lebih baik, lebih
layak, lebih berkah, lebih diridhoi dan lebih dibanggakan.
-Calon
pendamping hidup/ jodoh yang baik, sehat, qurrota
‘ayun juga seKUFU baik dari segi
agama, kecantikan, harta,dan keturunannya. Serta diridhoi kedua orangtua
sehingga memberikan hidup yang lebih baik, lebih layak, lebih berkah dan lebih
bangga dan bahagia.
-kesehatan,
kebahagiaan dan kehidupan yang baik di dunia dan akhirat
-hajat,
cita-cita dan keinginan yang belum tercapai agar dimudahkan dan diridhoi. Amiin
ya robbal alamin.
Setelah rangkaian umroh pertama
pun lalu kamipun duduk bersimpuh dan memperbanyak ibadah dihadapan baitullah
sambil menunggu shubuh. Adzan shubuh kedua pun sudah dikumandangkan sekitar
pukul 06.00 kami pun bersiap untuk shubuh berjama’ah.
Selepas shubuh saya hampir
tersasar karena menunggu jama’ah lain yang sedang ke toilet. Sudah hampir 1 jam
saya menunggu, belum lagi komunikasi via handphone agak susah karena beda
operator selular. Kami sebelumnya sudah berkomitmen untuk berkumpul di gerbang
nomor 88 sebagai mana pintu awal masuk. Dengan susah payah Alhamdulillah saya
berhasil menuju tempat yang dimaksud, maklum ini merupakan pertama kali saya
masuk ke masjid yang sangat besar, sangat megah dan sangat sakral. Kamipun
kembali ke hotel untuk sarapan pagi, mandi dan selanjutnya istirahat atau acara
bebas. Kebetulan dari 5 keluarga yang ikut secara lengkap, hanya keluarga kami
yang dipisah-pisah dalam pembagian kamar, entah mengapa tapi sudah tidak jadi
masalah toh kami sudah sampai di kota suci dengan selamat. Kebetulan juga saya
satu kamar dengan adik saya (Naufal), Pak Doyo (sopir pribadi Pak Agung), Mbah Sahrono,
dan Pak Ah Makin. Selama beberapa hari kedepan keempat orang inilah yang akan
menjadi keluarga baru saya.
Selepas sarapan, kami istirahat
dan beberapa menit sebelum adzan sholat berkumandang kami bersegera ke Masjidil
Haram agar mendapatkan shaf yang paling depan, dekat dengan Baitullah.
Alhamdulillah semua nya berjalan lancar hingga malam tiba, kamipun meminum air
zam-zam sepuasnya, ibadah sepuasnya, mengambil gambar sepuasnya, bahkan mengelilingi
sudut-sudut masjid megah ini, tidak ada cerita aneh seperti yang dikisahkan
orang lain dalam rombongan kami, seperti diinjak orang hitam, mencium bau
keringat orang dari negeri lain, sholat berhimpit-himitan ataupun dilangkahi,
tersesat di dalam masjid ataupun tersesat hingga menuju masjid lain. Beberapa
jama’ah kami mengalami hal itu dan semua kejadian itu adalah kehendak Nya.
Perjalanan Umroh Hari Keempat (Rabu, 07 Januari 2015) :
Hari ini jadwal kami adalah
melakukan city tour di Kota Makkah, selepas sholat shubuh seperti biasa kami
sarapan, mandi dan siap-siap. Alhamdulillah sebelumnya kami masih sempat
melakukan thawaf di sekitar ka’bah. Subhanallah tempat ini tak pernah sepi,
meskipun kami sudah datang pukul 02.00 dini hari, tetap saja masih ramai. Kami
pun sempat berfoto di dekat baitullah.
Setelah semua siap kami pun
berangkat dengan bis dan panduan dari ust Taufik Bukran untuk mengelilingi Kota
Makkah. Kami pun singgah di dekat gunung yang terdapat Gua Hira, kemudian
mengunjungi masjid-masjid bersejarah, hingga melewati Mina, Musdalifah, Padang
Arafah hingga Jabal Rahmah yang alkisah menyebutkan tempat bertemunya Nabi Adam
dan Siti Hawa. Setelah rangkaian city tur tersebut kami menuju tempat miqot bernama Ji’ronah
untuk niat berihrom dan melakukan umroh kedua pada sore hari.
Setelah melakukan city tour kami
kembali ke hotel untuk beristirahat sejenak agar dapat melaksanakan umroh kedua
di sore hari. Umroh kedua ini saya niatkan untuk kakek saya dari ibu. Lalu
seperti biasa kami berkumpul bersama untuk persiapan umroh kedua, namun
lagi-lagi rombongan kami terpecah dikarenakan tidak semuanya memiliki kesiapan
yang sama. Alhamdulillah setelah ashar berjama’ah di masjidil haram kami
melakukan thawaf 7 putaran di lantai 2, lalu sa’i dan sempat terpotong untuk
sholat maghrib dan isya berjama’ah kemudian menyempurnakan kembali sa’i dan terakhir
dilanjutkan dengan tahallul. Selepas itu kami pun istirahat di hotel. Begitulah
rutinitas kami di Makkah, lelah badan pun tak terasa karena nikmatnya ibadah
dan yang pasti semua adalah kuasa Allah dan saya juga bersyukur karena teman
sekamar kami tidak pernah mengeluh capek dalam ibadah, bahkan Mbah Sahono yang
telah berumur 80 tahun selalu berada di garis depan untuk urusan ibadah dan
kegiatan lain.
Malam ini Pak Doyo dan saya
berencana bangun tengah malam dengan harapan baitullah tidak ramai dan ingin
mencium Hajar Aswad. Sekitar jam 12 malam saya dan Pak Doyo bangun, adik saya
kelelahan dan ingin istirahat, sedangkan Mbah Sahono dan Pak Ah Makin tidak
kami ganggu dan tetap tidur pulas karena khawatir kecapekan. Alhamdulillah
sesuai rencana dan sedikit berjibaku dengan jama’ah dari Negara lain, kamipun
berhasil menyentuh dan mencium Hajar Aswad meskipun saya merasa kurang puas
karena mencium nya berhimpitan dengan kepala dari jama’ah lain. Tapi apapun itu
saya syukuri dan Alhamdulillah semua kehendakNya. Kami pun kembali ke hotel
untuk istirahat sejenak dan mempersiapkan diri esok pagi.
Perjalanan Umroh Hari Kelima (Kamis, 08 Januari 2015) :
Seperti biasa pukul 02.00 dini
hari kami bangun untuk bergegas menuju Masjidil Haram. Entah kenapa kami tidak
mengeluh meskipun istirahat kurang cukup, semua adalah karena izin Nya. Kami
melakukan ibadah-ibadah sunnah sampai adzan shubuh pertama dan kedua
dikumandangkan, indahnya suara adzan di Makkah tiada tandingannya, suara
imamnya pun memecah kekantukan kami. One
does simply ketika masuk Masjidil Haram adalah alas kaki, alas kaki bisa
saja dititipkan di rak sepatu paling depan tetapi tidak ada jaminan utuh ketika
kembali pulang. Akhirnya sandal jepit dan kresek pun menjadi favorit bagi
setiap jamaah karena bisa mudah dibawa-bawa. Mudah2an tidak membawa najis
sehingga tidak mengurangi pahala dari ibadah kami. Amiin ya robbal alamin.
Hari ini jadwalnya adalah bebas,
dalam arti perbanyak ibadah dan tidak ada jadwal khusus. Sebagian jama’ah pergi
ke masjidil haram, ada yang berbelanja, ada yang foto-foto di setiap sudut, ada
juga yang istirahat, saya dan teman sekamar kebetulan berencana cukur rambut
karena kebetulan jama’ah pria yang lain dalam rombongan kami sudah gundul
plontos. Satu hal yang unik, orang arab disini sudah paham bahasa Indonesia
mulai dari kata murah, tiga riyal, lima
riyal, ayo dipilih, cukur dan kata-kata lain dalam berniaga dengan logat
cukup unik. Kebetulan saya tidak gundul plontos hanya botak 1 cm karena agak
sedikit tak terbiasa dan katanya kulit kepala dan bentuk kepalaa saya tidak
bagus…hahaha ada-ada saja. Setelah itu kami kembali ke kamar hotel untuk
istirahat, diskusi dan mengisi waktu dengan ibadah sunnah sampai mendekati
waktu adzan tiba. Alhamdulillah 5 waktu sholat bisa kami lakukan dan berada
dekat dengan Baitullah.
Malam ini beberapa jama’ah
mengajak bersama-sama untuk mencium hajar aswad, namun harus dengan komitmen
dan berpasangan agar memudahkan kontrol. Akhirnya saya berniat ikut kembali dan
mengajak adik saya yang perempuan, sedangkan adik saya Naufal bersama Mas Ihsan,
dan Mbah Sahono yang sudah tua pun ingin ikut mencium didampingi Pak AH Makin,
sedikit dagdigdug juga tapi kita serahkan semua pada Nya. Sedangkan Pak Doyo
mengalah untuk menjaga kamar, disamping itu beliau sudah cukup puas karena bisa
mencium hajar aswad kemarin malam tanpa banyak kendala.
Akhirnya tengah malam kami bangun
sesuai rencana. Banyak kejadian unik disini, mulai dari Mbah Sahono yang timbul
tenggelam dalam lautan orang yang berebut mencium hajar aswad, adikku yang
perempuanpun tiba-tiba mendapat pengawalan manis dari orang besar yang
memudahkannya mencium Hajar Aswad, hingga bertemu ibu-ibu yang sudah bengkak
pipinya gegara terpukul oleh orang lain saat rebutan. Akhirnya kami berenam
berhasil mencium dengan tanpa banya kendala dan lancar. Kamipun mengucap syukur
berkali-kali. Disitu kami bertemu jama’ah satu rombongan yang suaminya tidak
bisa menjangkau Hajar Aswad meskipun sudah berkali-kali percobaan, istrinya
berhasil namun tidak sang suami, istrinya sempat menangis dan memohon ampun dan
berdoa kepada Allah agar suaminya diizinkan mencium Hajar Aswad, namun ternyata
tidak juga berhasil. Entah apa maksudnya, tetapi semua itu bisa jadi pelajaran
dan semua atas izinnya meskipun hal ini adalah perkara yang sunnah dan bukan
wajib. Toh ayah dan ibuku juga tidak memaksakan kehendak, mungkin karena faktor
fisik dan umur. Usut punya usut ternyata suaminya itu salah satu dari jama’ah yang
mengancam akan mempidanakan pihak travel saat terjadi kisruh di Bandara
Soekarno Hatta, Jakarta lalu.
Perjalanan Umroh Hari Keenam (Jum’at, 09 Januari 2015) :
Hari ini merupakan hari terakhir
kami berada di Makkah Al Mukarromah, sore hari ini kami akan bertolak menuju ke
Madinah Al Munawwaroh, kota suci lainnya di Arab Saudi. Di hari yang suci ini
kami akan melakukan thawaf perpisahan atau yang disebut thawaf wada. Sebagian
besar jama’ah dengan dibimbing ust. Daniel akan melaksanakan umroh ketiga, ada
sedikit keinginan dalam diri saya untuk umroh kembali tapi saya, keluarga,
teman sekamar dan beberapa lainnya tidak memaksakan kehendak mengingat waktu di
hari jum’at yang agak cukup sempit. Setelah sarapan, mandi, istirahat sebentar
lalu kami siap-siap menuju Masjidil Haram untuk melaksanakan thawaf wada
sekitar pukul 09.00.
Ternyata meskipun masih pagi,
jama’ah sudah banyak yang berkumpul mulai dari yang ingin thawaf, ibadah sunnah
lain, sampai menunggu waktunya jum’atan. Alhasil kami cukup berdesakkan dan terbawa
arus hingga tiba dilantai 3, kami pun memutuskan untuk melaksanakan jum’atan
terlebih dahulu lalu melaksanakan thawaf wada setelahnya. Sekitar pukul 13.00, setelah
jumatan usai kami melaksanakan thawaf wada, setelah itu kami menuju hotel untuk
makan siang dan siap-siap untuk keberangkatan menuju madinah.
Ada sedikit insiden dimana 1
orang dari jama’ah kami ternyata sengaja meninggalkan rombongan untuk menemui
keluarganya yang ada di Arab Saudi, tak ada kabar dan konfirmasi tapi memang
sejak awal wanita yang satu ini tidak terlihat untuk serius ikut umroh baik
dari segi pakaiannya yang dikenakan ataupun perlengkapan yang dibawanya. Entah
apa yang dipikirkannya tetapi sepertinya tak ada itikad baik dari beliau, sms
dan telfon pun tidak direspon, meskipun ini sejatinya bukan urusan kami tapi
tentunya kami akan terkena dampaknya di kemudian hari. Walhasil jumlah jama’ah
di rombongan kami sekarang berkurang menjadi 35 orang.
Selepas ashar kami beserta rombongan
bersiap untuk pergi ke kota Madinah menggunakan bis dan akan menempuh waktu
sekitar 6 jam. Dalam perjalanan ini kami dipertemukan kembali dengan Ust Taufik
Bukron sebagai pemandu dan salah seorang mahasiswa semester 4 yang kuliah di Madinah
bernama Irfandi asal NTT, Indonesia. Dalam perjalanan beliau menerangkan
lika-liku kota Makkah menuju Madinah. Beruntung karena perjalanan malam hari
sehingga kami bisa sekaligus istirahat di dalam Bis.
Perjalanan Umroh Hari Ketujuh (Sabtu, 10 Januari 2015) :
Tengah malam menjelang dini hari
kami sampai di madinah dan W.O.W ketika kami turun dari bis kami merasakan
jalanan sangat sepi sekali dan yang lebih W.O.W lagi ternyata udara dingin
langsung menusuk tubuh. Gadget kami menginformasikan bahwa suhu saat ini
mencapai 15’C bahkan bisa mencapai 5’C begitu pula beberapa orang menyatakan
yang seperti itu. Dan yang membuat kami senang adalah jarak dari hotel kami
cukup dekat menuju Masjid Nabawi. Alhamdulillah.
Setelah istirahat sebentar, kami
pun bersiap-siap melaksanakan sholat pertama kami di Madinah, yaitu sholat
shubuh. Alhamdulillah kami pun berkesempatan juga untuk menunaikan sholat
sunnah di raudhah, menziarahi makam Rasul dan sahabat, berkunjung ke Makam Baqi
dan mampir ke perpustakaan Masjid Nabawi.
Siang hari nya pun kami beribadah
sebagai mana biasa dan dilanjutkan dengan mengelilingi indahnya kemegahan Masjid
Nabawi. Subhanallah indahnya tak tergambarkan kata-kata.
Menjelang malam pun kami sisipkan
ibadah dan istirahat secukupnya.
Perjalanan Umroh Hari Kedelapan (Ahad, 11 Januari 2015) :
Hari ini jadwalnya adalah city tour di kota madinah. Selepas sholat shubuh berjama’ah kami sarapan pagi dan siap-siap untuk berwisata mengelilingi kota Madinah. Diantaranya kami mampir melihat kemegahan Masjid Quba, mengeksplorasi kebun kurma, dan juga mampir ke Gunung Uhud tempat terjadinya peperangan pada zaman dahulu di masa Rasulullah.
Setelah hampir seharian berkeliling
kami kembali ke hotel untuk istirahat karena harus mempersiapkan hari terakhir
di Arab Saudi. Karena esok adalah hari kesembilan yang artinya kami harus
siap-siap melakukan perjalanan kembali ke tanah air.
Perjalanan Umroh Hari Kesembilan (Senin, 12 Januari 2015)
:
Pagi hari kami sudah bangun
seperti biasa untuk ke Masjid Nabawi dan melaksanakan sholat shubuh, hawa
dingin yang sangat menusuk membuat beberapa dari kami alergi dan sedikit bentol
kemerahan di sekitar tubuh kami.
Selepas shubuh kami sarapan dan
siap-siap karena sebelum zhuhur harus sudah check-out dari hotel dan
meninggalkan Madinah. Dengan perasaan sedih campur senang akhirnya kami dapat
menyelesaikan rangkaian ibadah umroh kami, dan kami berharap semoga umroh kami
mabrur dan segala doa yang kami panjatakan dapat dikabulkan segera. Kamipun
berdoa agar dapat kembali lagi kesini. Amin.
Siang ini kami pun meluncur
dengan bis menuju Jeddah tempat bandara King Abdul Aziz berada. Namun setelah
hampir beberapa jam perjalanan kami semua diturunkan di sebuah hotel yang
terletak di sebuah kawasan yang agak kurang rapih dan lebih banyak gedung
bertingkat yang lebih layak disebut rumah susun, begitu pula kondisi jalanan,
dan orang-orangnya sudah tidak beraturan, yang berpakaian preman, berpakaian lusuh,
tidak menutup aurat, sudah menjadi hal biasa. Kabarnya daerah ini bernama
alballad atau yang lebih dikenal dengan corniche. Artinya tanda tanya besar
lagi untuk kami mengenai tiket kepulangan. Tapi apapun itu kami sudah terbiasa
mendengar istilah penundaan.
Kami pun memilih istirahat dan
mengurung diri dikamar, lagi-lagi saya dipersatukan dengan keluarga baru saya
dengan formasi yang sama yaitu Pak Doyo (Supir Pribadi Pak Agung), Mbah Sahrono
yang berusia 80 tahun dan Pak AH Makin, sedangan adik saya yang cowo bergabung
dengan ayah saya di kamar lain.
Perjalanan Umroh Hari Kesepuluh
(Selasa, 13 Januari 2015) :
Lagi-lagi pagi ini kami masih
disini, mungkin kami anggap ini adalah bonus tambahan perjalanan. Kamipun berjalan
ke daerah sekitar hotel yang lebih dikenal dengan corniche, pusat belanja
elektronik dan oleh-oleh murah bagi para jama’ah haji dan umroh. Tak heran juga
jika banyak nama-nama yang indonesiawi seperti toko ali murah, selamat datang, bakso mang oedin, tiga riyal, dan
kata-kata unik lainnya. Lagi-lagi pegawainya pun cukup piawai berbahasa
Indonesia. Kalau diibaratkan seperti di Jakarta, maka corniche ibarat ITC
Mangga Dua, Glodok ataupun Pasar Senen, dengan ciri khas ramai dan agak
berantakan, namun harga yang dijual cukup miring. Bayangkan harga 1 buah kaos
cukup 10 riyal atau setara 35.000 rupiah itupun belum ditawar dan belum dimintakan
bonus.
Setelah hampir setengah hari
berkeliling dan berbelanja kami kembali ke hotel, makan siang, sholat
istirahat, nonton TV, diskusi dengan teman sekamar. Lagi-lagi membahas tiket
kepulangan, bertukar pikiran, saling memberikan opsi, dan membuat kami makin
akrab satu sama lain. Hanya itu yang bisa kami lakukan.
Perjalanan Umroh Hari Kesebelas (Rabu, 14 Januari 2015) :
Pagi ini kami masih berada di tempat
yang sama, hotel yang sama sekitar alballad yang berjarak beberapa kilometer
dengan bandara kami di Jeddah, setelah debat panjang dengan berbagai opsi meja
hijau, pihak berwajib, KBRI, KUH akhirnya kami mengambil keputusan harus pulang
dengan terpisah menjadi beberap penerbangan sebagai jalan terbaik pada saat
ini. Mba Diah pun termasuk salah satunya yang harus pulang lebih dahulu karena
suaminya yang tidak berumroh dan berada di Jakarta sudah berkoordinasi dengan
pihak travel disana. Beliau juga berjanji untuk mengurus kepulangan sisa
rombongan kami. Mba Sri dan Ibunya pun juga begitu, suami mba Sri yang tidak
berumroh dan berada di Jakarta datang untuk menekan pihak travel agar
bertanggung jawab. Akhirnya dirundingkan bahwa akan ada 8 orang yang akan terbang
terlebih dahulu ke Jakarta dengan komitmen harus mengurus kepulangan rombongan
kami yang masih tersisa di sini. Akhirnya sore ini 8 orang tersebut berangkat
menuju Jakarta. Kami pun berdoa agar mereka selamat sampai tanah air.
Perjalanan Umroh Hari Keduabelas
(Kamis, 15 Januari 2015) :
Pagi hari kami sudah siap-siap
untuk menuju bandara, kami sempat dilarang karena hotel belum lunas dibayarkan
oleh pihak travel, seolah kami disandera di sini sebagai jaminan atas kenakalan
travel di Jakarta, kami pun diskusi lagi dan melalui debat panjang akahirnya kekurangan
biaya hotel kami tutupi bersama-sama, tiket pun diupayakan agar bisa dicetak
hari ini sehingga kami bisa menyusul ke 8 orang anggota rombongan kami yang
sudah terbang menuju Jakarta. Alhamdulillah kabarnya beliau sampai di Jakarta
dengan baik dan selamat.
Akhirnya kami ‘kabur’ menuju
bandara. Selama perjalanan info dan kabar baik terus di update oleh Mas Ihsan selaku
perwakilan ILF* TRAVEL, 11 orang dari kami diinfokan akan terbang sore ini
menyusul 8 lainnya. Sesampai di bandara (lagi-lagi) ada penundaan. Katanya
hanya bisa 9 orang yang diizinkan terbang, entah kenapa masalahnya, akhirnya 2
orang harus berkorban tinggal lebih lama lagi di Arab Saudi dan dijanjikan
untuk ikut di penerbangan pertama pada keesokan harinya. Dari ke 9 orang itu,
termasuk ibu dan adik perempuanku akhirnya berangkat ke Jakarta. Sedangkan 2
orang yang gagal yaitu Pa Hadhy dan Mba Adelia mendapatkan fasilitas inap dari
pihak maskapai.
Kamipun sempat kebingungan karena
hari sudah cukup larut dan udara di sekitar bandara cukuplah dingin. Akhirnya
kamipun mencari penginapan sesuai jarak dan budget seadanya. Kamipun menginap di
hotel bandara, berharap ada keajaiban lagi. Dalam kelelahan dan ketidak jelasan
kami saling diskusi. Kamipun semakin erat dan akrab diselingi canda, tawa,
sholat berjamaah dan aktifitas kebersamaan lainnya. Alhamdulillah kami masih
bisa istirahat dan makan dengan baik ujar hati kecil kami. Kamipun tak pernah
tau apa rencana Allah selanjutnya untuk kami.
Perjalanan Umroh Hari Ketigabelas
(Jum’at, 16 Januari 2015) :
Hari ini jum’at kedua kami di
Arab Saudi. Meskipun masih berada di bandara kami tak berhenti berharap agar
segera kembali ke tanah air, pagi, siang hingga sore kami habiskan waktu untuk
berkeliling di sekitar hotel bandara. Baru pada pukul 17.00, 2 orang dari
rombongan kami check-in untuk penerbangan menuju Jakarta, yaitu Pak Hadhy dan
Mba Adelia, yang kemarin penerbangannya tertunda karena suatu hal. Alhamdulillah
beliau mendapatkan service yang memuaskan dan bisa mendapatkan fasilitas executive class dan langsung menuju
Jakarta.
Sekarang tinggal kami ber 16 yang
menanti tiket pesawat, tak selang berapa lama kami mendapatkan tiket kepulangan
dari Arab Saudi meskipun lagi-lagi harus transit di negeri jiran, Malaysia.
Tapi tak apa kami sudah siap dan terbiasa J kami pun berdoa, saling bersalaman dan berpelukan,
tak lupa ust Taufik Bukran pun mengiringi kami dengan memberikan hadiah air
zam-zam @5liter/ jama’ah. Sobat Mas Irfandi pun yang selama ini menemani suka
duka kami harus kami tinggalkan agar beliau bisa melanjutkan liburan dan
kuliahnya di negeri ini. Akhirnya pukul 21.30 waktu setempat pun kami sudah
berada di pesawat, melepaskan lelah dan penat selama untuk 8 jam kedepan.
Perjalanan Umroh Hari Keempatbelas
(Sabtu, 17 Januari 2015) :
Akhirnya pukul 11.00 siang, kami
sampai di bandara Kuala Lumpur-Malaysia. Setelah cukup lelah selama kurang
lebih 8 jam berada di pesawat kami pun istirahat beberapa menit dan tanpa
banyak acara lagi kami lanjutkan untuk check-in penerbangan menuju Jakarta,
tanah air kami. Akhirnya pukul 12.55 kami naik pesawat dan sampai di tanah air
sekitar jam 15.00. lalu kamipun segera mengambil bagasi, berpamitan dan tak
lupa saling mendoakan kepada yang lain agar dapat berjumpa kembali,
bersilaturahmi kembali di tempat yang baik dalam suatu kebaikan, baik di tanah
suci maupun di tanah air. Keluarga baru kami yang Allah pertemukan melalui
ujian, suka duka, manis pahit pengalaman. Kini kami hanya tersisa sebanyak 16
jama’ah sebagai rombongan terakhir, di situlah perasaan haru bercampur senang
karena begitu banyak pengalaman dan pelajaran yang terlalu berharga. Ada rasa
sesak dan rindu yang merasuk dalam dada.
Ada beberapa kesan mendalam terutama
kepada 16 jama’ah yang terakhir selain saya dan adik saya, diantaranya:
-Mas Ihsan yang seumuran atau bahkan lebih muda
dari saya, meskipun belum menjadi pengurus travel yang memuaskan tetapi tetap
berusaha bertanggungjawab dan tegar menghadapi tuntutan jama’ah.
-Ust Daniel, meskipun bertubuh kecil tetapi jiwa,
pengalaman, dan nasehatnya yang besar dengan gaya sunda nya yang khas dan lebih
santai
- Pa Agung, Ibu wiwik, Mba Resta, Mas Almer+Pa Doyo
yang perhatian kepada kami dan sementara ‘menampung’ kami sebagai rombongan
terakhir yang terpisah dari keluarga
- Ibu Dwi dan Ibu Meita yang juga easy going
- Pa Sahono, mbah yang selalu digaris depan,
bergetar ketika ibadah, rajin ibadah sunnah dan mampu mencium hajar aswad di
usianya yang tidak muda lagi
- Pa Ah Makin dan Ibu Sri yang seperti orang tua
kami sendiri
- Mba Rima yang selalu ceria dan rajin berfoto
bersama
- Ibu Har yang pendiam dan tidak banyak mengeluh
sebetulnya seluruh jama'ah yang berjumlah awal keberangkatan 38 pun memiliki kesan tersendiri bagi saya, namun ke 16 orang inilah yang sampai akhir benar-benar saling berjuang bersama hingga akhirnya bisa sampai di tanah air. kami pun mengucapkan banyak terima kasih kepada pihak yang telah membantu dan sama-sama saling memohon maaf apabila ada kesalahan.
Dari perjalanan ini kami dapatkan
juga pengalaman spiritual yang nyata, di depan mata kami sesuatu yang
direncanakan bisa berubah total, sesuatu keadaan yang tiba-tiba emosional,
pembatalan sepihak, bertemu dengan lansia yang tidak pernah mengeluh, bapak
berkursi roda, wanita-wanita single, pemuda kecil, keluarga baru kami, tersasar
ke jalan lain, dibutakan didepan ka’bah, perdebatan dalam ibadah dan banyak hal
lain lagi yang bisa diambil sebagai pelajaran. Tentunya semua hal tersebut
tidak akan pernah didapatkan di perjalanan lain. Mungkin ada hikmah yang ingin
disampaikan Allah dalam kejadian ini.
Entah apalagi rencana Allah
selanjutnya buat kami J
Malam minggu kami penuh rasa
warna-warni J
Welcome to Indonesia J
Sesungguhnya Allah bersama orang2 yang sabar,apalagi kalau kita mau memetik hikmah, see me at Naskahyangterbuang@blogspot.com,
ReplyDeleteIya benar2 mnjadi pengalaman yg sangat berharga.
DeleteAwesome mas...perjlanan yg luar biasa..
ReplyDeleteAlhamdulillah memang benar2 luar biasa utk kami
DeletePerjalanan umroh menegangkan dan dpt stay lebih lama di saudinya
DeleteIni jd pelajaran agar berhati hati untuk umroh pilih travel biasanya travel yg betmasalah mereka rtravel yg beli ticket promo pastikan jika mau umroh pesawat harus direct fligh yg jkt-jeddah
Makan bufffet
Dan buat mas fajar next time kalo berangkat sekeluarga mending booking ticket sendiri saja umroh mandiri tinggal mas fajar beli LA dan visa saja
Pake travel yg punya website ini https://ilfatravel.com ?
ReplyDelete